Pelajaran dari kisah persahabatan antara Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan persahabatan antara Ubaidullah bin Ziyad dengan Syamr bin Dzi al-Jausyan.
——————————————————————————————————————————————–
Islam sangat memberi perhatian besar dalam masalah sosial, di antaranya dalam masalah pergaulan atau persahabatan. Islam menekankan agar seseorang memilih teman-teman yang baik, agar pengaruh baiknya membekas pada dirinya. Ketika seseorang bersahabat dengan seseorang yang soleh, maka ia akan melihat adab-adab yang mulia, perkataan-perkataan sopan santun dan baik, dan nasihat nasihat pun akan keluar dari mulut sang teman apabila temannya yang lain melakukan sesuatu yang tidak diredhai Allah. Perumpamaan persahabatan seperti ini telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
Dari Abu Musa radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata:
عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
Dari Nabi shallaallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk (sepergaulan) yang buruk adalah seperti pembawa misk (minyak wangi) dan tukang besi. Si pembawa misk mungkin akan memberimu (minyak wangi) atau engkau membeli minyak itu darinya atau engkau mendapatkan baunya yang harum. Sedangkan tukang besi, mungkin akan membakar pakaianmu atau kamu dapati bau yang busuk darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan teman yang buruk akan mendorong kita melakukan keburukan-keburukan atau batas minimumnya kita akan terbiasa melihat perbuatan maksiat, dan menghilangkan kebencian kita terhadap perbuatan dosa. Persahabatan seperti ini adalah persahabatan yang buruk,semua di dunia ini, tidak selamanya,dan akan saling memusuhi di akhirat kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman karib pada hari itu (hari kiamat) saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa”. (QS. Az-Zukhruf: 67).
Berikut ini kita akan mengambil pelajaran dari persahabatan Amirul Mukminin Sulaiman bin Abdul Malik dengan Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz sebagai contoh persahabatan yang baik, yang membawa pahala, dan mendekatkan diri kepada Allah. Dan yang lainnya adalah persahabatan Pemimpin Iraq, Ubaidullah bin Ziyad bersama teman dekatnya Syamr bin Dzi al-Jausyan, sebagai contoh persahabatan yang buruk, yang saling tolong-menolong dalam berbuat dosa dan kemaksiatan, serta mendekatkan keduanya kepada murka Allah.
Pertama, persahabatan Amirul Mukminin Sulaiman bin Abdul Malik dengan Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz rahimahumallahu.
Saat Sulaiman bin Abdul Malik menjadi khalifah, ia mendekati orang-orang yang soleh untuk ia jadikan teman dekat yang mempengaruhi kebijakan-kebijakannya. Di antara orang tersebut adalah gabenornya Umar bin Abdul Aziz. Sulaiman menjadikan Umar sebagai teman dekat dengan beberapa alasan:
- Keperibadian Sulaiman sangat berbeza dengan saudaranya, al-Walid bin Abdul Malik, khalifah sebelumnya. Al-Walid adalah seorang yang ujub, bangga terhadap dirinya sendiri, hanya percaya pada pendapatnya sendiri, sedangkan Sulaiman adalah seorang yang rendah hati, tidak ujub dan tidak membangga-banggakan dirinya.
- Sulaiman meyakini bahwa Umar mempunyai pendapat-pendapat yang benar dan lurus.
- Rasa terima kasih Sulaiman kepada sikap Umar tatkala al-Walid hendak menyingkirkan dirinya. Hal ini menimbulkan kedekatan secara peribadi di antara mereka berdua.
Ketika Sulaiman naik takhta menjadi khalifah, ia tidak melupakan kerabat sekaligus teman dekatnya Umar bin Abdul Aziz. Ia sering meminta nasihat dan tidak berkeberatan apabila diingatkan ketika pendapatnya tidak membuat maslahat. Di antara contohnya Umar mempengaruhi Sulaiman untuk membuat kebajikan agar masyarakat menegakkan solat tepat pada waktunya, dan jangan sampai aktiviti mereka melalaikan dari ibadah yang agung ini (Atsar al-Ulama fi al-Hayah as-Siyasiyah, Hal. 170). Umar memberi arahan kepada Sulaiman terhadap Hajjaj bin Yusuf dan konco-konconya agar mereka dihalangi dan tidak bertindak sewenang-wenang (Atsar al-Ulama fi al-Hayah as-Siyasiyah, Hal: 169).
Sulaiman bin Abdul Malik juga terbuka dan menerima kritikan. Umar bin Abdul Aziz mengkritik Sulaiman berkaitan surat wasiat Khalifah Abdul Malik tentang hak waris puteri-puterinya. Sulaiman hendak melaksanakan wasiat sang ayah, Abdul Malik, yang menyatakan puteri-puterinya tidak mendapatkan warisan. Lalu Umar menyanggahnya, kata Umar, “Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau meminta kitab Allah (sebagai putusan yang adil)?” Saat itu Ayyub bin Sulaiman membidas perkataan Umar, “Apakah salah seorang diantara kalian tidak takut mengucapkan kata-kata yang kerananya lehernya dipenggal?” Maka Umar membalas, “Jika perkara ini diserahkan ke tanganmu, maka apa yang menimpa kaum muslimin lebih besar daripada apa yang engkau katakan.” Sulaiman lalu membela Umar dan memarahi Ayyub (Sirah Umar bin Abdul Aziz, Hal: 31).
Suatu hari, Sulaiman bin Abdul Malik datang ke Mdinah, ia membahagi-bahagikan harta dalam jumlah yang besar kepada penduduk Madinah. Lalu ia bertanya kepada Umar, “Apa pendapatmu tentang apa yang telah kami lakukan wahai Abu Hafsh (kun-yah Umar)?” Umar menjawab, “Aku melihatmu membuat orang kaya semakin kaya dan membiarkan orang-orang miskin dengan kemiskinannya.” (at-Tarikh al-Islami, 15: 30-31). Umar mengkritik sedekah yang dilakukan Sulaiman kerana tidak bertepatan, dan penting bagi khalifah untuk membezakan antara sekadar berbuat baik biasa dengan berbuat baik dengan cara bertepatan sehingga memiliki manfaat yang jauh lebih besar.
Di hari Arafah, Sulaiman dan Umar berwukuf di Arafah. Sulaiman berasa bahagia dengan banyaknya umat Islam yang berkumpul memenuhi panggilan Allah. Saat itu Umar bin Abdul Aziz berkata kepadanya, “Mereka adalah rakyatmu hari ini, tetapi esok kamu akan ditanya tentang mereka.” Dalam riwayat lain, “Mereka adalah orang-orang yang akan menuntut hak-hak mereka di hari kiamat.” Tiba-tiba Sulaiman menangis, nasihat Umar benar-benar menyentuh di dadanya, ia berkata, “Hanya kepada Allah aku memohon pertolongan.” (al-Bidayah wa an-Nihayah, 12: 685).
Inilah contoh persahabatan yang bermanfaat, persahabatan yang saling mengajak kepada kebaikan, bahkan sebelum wafatnya Sulaiman menunjuk Umar sebagai khalifah agar amanah kepemimpinannya boleh meringankannya.
Berikutnya adalah contoh persahabatan yang buruk. Teman yang buruk akan mengajak temannya melakukan perbuatan dosa dan menjauhkannya dari Allah Ta’ala. Persahabatan antara Ubaidullah bin Ziyad dan Syamr bin Dzi al-Jausyan.
Di dalam Huqbah min at-Tarikh diceritakan, saat terjadi kekacauan di masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah, dimana Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah, hendak berangkat menuju Kufah (kota di Iraq) untuk menyambut undangan penduduk Kufah yang hendak membaiatnya sebagai khalifah.
Saat Husein hampir tiba di Kufah, ia dihalang oleh pasukan-pasukan Kufah atas perintah Ubaidullah bin Ziyad. Pada awalnya Ubaidullah hanya akan melakukan apa yang Yazid perintahkan, yakni supaya Husein tidak memasuki Kufah demi menghindari terjadinya fitnah. Husein pun akhirnya menyedari bahwa penduduk Kufah telah mengkhianatinya, Husein mengajukan beberapa pilihan kepada pasukan Kufah; membiarkannya pulang ke Mekah atau Madinah, pergi menemui Yazid di Syam, atau membiarkannya pergi menuju daerah perbatasan. Saat keinginan ini disampaikan kepada Ubaidullah, ia menuruti apa yang diinginkan Husein, dan menghormatinya sebagai keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun apa yang baru saja diucapkan Ubaidullah seketika menjadi berubah saat mendengar pasukan dari Syamr bin Dzi al-Jausyan. Kata Syamr, “Engkau seorang pemimpin, tapi dia (Husein) yang menentukan? Aneh sekali.” Lalu Syamr menyarankan, “Bawa dia kemari sebagai tahanan, lalu engkau yang tentukan setelah itu.”
Akhirnya pasukan itu diperintahkan untuk menahan Husein, dan membawanya ke Iraq sebagai tahanan. Husein yang tidak menerima hal itu, kerana seorang muslim memang tidak boleh dijadikan tawanan oleh muslim lainnya, terlebih -lebih lagi dia adalah satu-satunya cucu Rasulullah yang hidup di muka bumi ini, keturunannya dengan Rasulullah sangatlah dekat, dan Rasulullah memerintahkan umatnya agar berbuat baik kepada keluarganya. Namun Ubaidullah sudah terlalu gelap untuk menerima hukum-hukum tersebut, pasukannya pun –yang terdiri dari orang-orang yang berkhianat kepada Husein- menerima perintah tanpa memikirkan siapa yang mereka hadapi. Akhirnya Husein radhyiallahu ‘anhu terbunuh.
Inilah pengaruh sahabat yang buruk, sampai boleh melakukan kesalahan yang sangat besar. Tidak hanya membuat gelap mata seseorang dari kemaksiatan-kemaksiatan kecil bahkan dosa besar pun tidak dirasakan lagi, dosa membunuh orang yang termasuk kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh kerana itu, hendaknya kita memilih teman-teman yang baik, yang menjauhkan kita dari bahaya dan perbuatan dosa. Dan mencari teman-teman yang soleh, yang mempengaruhi kita untuk semakin taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wallahua'lam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan